PanggungPolitik – Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa mendadak viral di media sosial. Warganet menyoroti isi pantun Butet. Mereka menilai pantun itu menyindir bakal calon presiden (bacapres) yang diusung partai politik di luar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Bunyi pantun Butet Kartaredjasa:
Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Oh begitulah sebuah persaingan.
Di sini nyebutnya banjir, di sana nyebutnya air yang markir. Ya, begitulah kalau otaknya pandir.
Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok koar-koar mau dijegal.
Jagoan Pak Jokowi rambutnya putih, gigih bekerja sampai jungkir balik. Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika kelak ada presiden hobinya kok menculik.
Cucu komodo mengkeret jadi kadal, tak lezat digulai biarpun pakai santan. Kalau pemimpin modalnya cuman transaksional, dijamin bukan tauladan kelas negarawan.
Baca Juga : PDIP Spill Nama Bakal Cawapres Ganjar Pranowo, Ada Siapa ya?
Pantun Butet Kartaredjasa dan Kontroversinya
Budayawan Butet Kartaredjasa menjadi sorotan publik setelah pantun yang dibacakannya di acara puncak peringatan Bulan Bung Karno viral di media sosial. Pantun ini memicu perdebatan di kalangan warganet karena mereka menilai pantun tersebut menyindir bakal calon presiden yang diusung oleh partai politik di luar PDIP.
Penampilan di acara puncak peringatan Bulan Bung Karno
Pantun yang dibacakan oleh Butet Kartaredjasa dihadapan puluhan ribu kader PDIP dalam acara puncak peringatan Bulan Bung Karno di Gelora Bung Karno, Jakarta pada 24 Juni 2023 menjadi sorotan. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, petinggi parpol, dan kader partai berlambang banteng moncong putih dari seluruh wilayah.
Isi pantun yang memicu reaksi dari warganet
Pantun Butet Kartaredjasa mencakup berbagai tema politik dan sosial yang secara tidak langsung dikaitkan dengan calon presiden (capres) yang diusung oleh partai politik di luar PDIP. Beberapa baris pantun mengungkapkan kegelisahan dan sindiran terhadap calon presiden yang memiliki hobi menculik, pemimpin yang cenderung bersifat transaksional, dan perubahan yang diinginkan oleh beberapa pihak.
Baca Juga : Respons Gerindra usai disalip Demokrat jadi runner up survei LP3ES
Reaksi Partai Demokrat dan Partai Gerindra
Terkait pantun yang diucapkan oleh Butet Kartaredjasa, Partai Demokrat dan Partai Gerindra memberikan tanggapan masing-masing.
Tanggapan Partai Demokrat
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, menyatakan bahwa Butet bukanlah seorang budayawan, tetapi seorang seniman komersil. Tanggapan ini mencerminkan pandangan Partai Demokrat terhadap pantun tersebut.
“Dizaman pak SBY dia sangat banyak mengkritik namun dulu aku masih menganggap tinggi mas Butet ini. Namun skrg SAH SUDAH. Dia ini kelasnya memang bukan Budayawan, tp sekedar seniman komersil saja. Dan partisan. Jd jgn terlalu tinggi lagi kita melihat dia!” cuit Jansen dalam akun Twitternya @jansen_jsp seperti dikutip dari Tempo, Senin 26, Juni 2023.
Tanggapan Partai Gerindra
Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, merespons pantun Butet yang menyinggung tentang calon presiden yang memiliki hobi menculik. Riza mengutip pesan dari Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra, yang mengajak semua pihak untuk membalas hinaan dengan kebaikan.
“Seperti yang disampaikan Pak Prabowo, siapa pun yang menyindir, termasuk yang mem-bully, menjelekkan, memfitnah, Pak Prabowo megajak kami semua untuk membalas dengan kebaikan,” kata Riza di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, Minggu, 25 Juni 2023.
Baca Juga : Survei Capres Indikator Politik: Ganjar 15,7%, Anies 14,6%, Prabowo 11,1%.
Analisis dan Penilaian Publik
Pantun Butet Kartaredjasa telah menimbulkan beragam reaksi dan penilaian di kalangan publik. Sebagian orang menganggap pantun tersebut sebagai kritik sosial yang tajam, sementara yang lain merasa pantun tersebut hanya sebagai lelucon politik yang tidak perlu ditanggapi serius.
Perspektif tentang pantun Butet Kartaredjasa
Pendapat publik tentang pantun Butet Kartaredjasa terbagi. Ada yang berpendapat bahwa pantun tersebut merupakan ekspresi seni dan kritik yang sah terhadap calon presiden yang diusung oleh partai politik tertentu. Namun, ada juga yang menganggap pantun tersebut sebagai bentuk penyebaran pesan yang tidak perlu dijadikan bahan perdebatan serius.
Dampak pantun terhadap citra capres
Pantun Butet Kartaredjasa memiliki potensi untuk mempengaruhi citra calon presiden yang disindir dalam pantun tersebut. Meskipun belum dapat dipastikan dampaknya secara pasti, namun pantun tersebut dapat memicu reaksi negatif dari pendukung capres yang menjadi sasaran sindiran.
Pantun Butet Kartaredjasa mengenai jegal capres telah menjadi viral di media sosial dan menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Pantun tersebut menyindir calon presiden yang diusung oleh partai politik di luar PDIP. Reaksi dari Partai Demokrat dan Partai Gerindra juga telah muncul dalam menyikapi pantun ini. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan publik, pantun ini tetap menjadi topik pembicaraan yang menarik.
Baca Juga : Anies Baswedan Sebut Jokowi Kalah Soal Bangun Jalan Umum dari SBY, Cek Datanya
Kami Menjawab Pertanyaan
1. Apa tujuan Butet Kartaredjasa dalam membacakan pantun tersebut?
Tujuan Butet Kartaredjasa dalam membacakan pantun tersebut masih menjadi perdebatan. Beberapa orang berpendapat bahwa ia ingin menyampaikan kritik sosial melalui seni, sementara yang lain beranggapan bahwa ia sekadar ingin membuat lelucon politik.
2. Apakah pantun Butet Kartaredjasa hanya ditujukan kepada satu calon presiden?
Pantun tersebut tidak secara langsung menyebutkan nama calon presiden tertentu. Namun, beberapa orang mengaitkannya dengan calon presiden yang diusung oleh partai politik di luar PDIP.
3. Bagaimana tanggapan PDIP terhadap pantun Butet Kartaredjasa?
Saat ini, belum ada tanggapan resmi dari PDIP terkait pantun Butet Kartaredjasa. Partai ini masih belum memberikan pernyataan terkait isu tersebut.
4. Bagaimana pantun Butet Kartaredjasa dapat mempengaruhi citra capres yang disindir?
Pantun tersebut dapat mempengaruhi citra capres yang disindir dengan memicu reaksi negatif dari pendukung capres tersebut. Penilaian masyarakat terhadap pantun tersebut dapat berdampak pada persepsi mereka terhadap calon presiden yang disindir.
5. Apakah pantun Butet Kartaredjasa melanggar hukum atau etika?
Pantun tersebut merupakan bentuk ekspresi seni dan kritik yang umumnya dilindungi oleh kebebasan berpendapat. Namun, perlu dicatat bahwa setiap bentuk ekspresi tetap harus mematuhi batasan hukum yang berlaku dan menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.
Baca Juga : Zulhas Bicara Demokrasi Culas, Singgung Capres-Cawapres Kalah Jadi Menteri