PanggungPolitik – Kekerasan atas nama agama menjadi salah satu isu yang terus merongrong perdamaian dunia. Kejadian-kejadian kekerasan yang dikaitkan dengan agama telah menimbulkan konflik yang berkepanjangan, memecah belah masyarakat, dan menodai nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran setiap agama.
Dalam konteks ini, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa agama tidak pernah mengajarkan kekerasan, tetapi mengajarkan kasih sayang dan kedamaian. Moderasi beragama, sebagai bentuk pendekatan untuk menolak kekerasan berbasis agama, menjadi konsep penting dalam mencapai perdamaian.
Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si, seorang pakar politik Islam dan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Indonesia, memberikan pandangan yang komprehensif tentang pentingnya moderasi beragama sebagai solusi efektif dalam menolak kekerasan yang sering kali dikaitkan dengan praktik keagamaan. Artikel ini mengulas bagaimana kekerasan berbasis agama bisa dicegah dan bagaimana moderasi beragama dapat menjadi jembatan untuk mendamaikan dunia.
Dampak Kekerasan Berbasis Agama di Dunia
Kekerasan berbasis agama memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan sosial dan perdamaian global. Konflik yang terjadi atas nama agama telah menyebabkan krisis kemanusiaan, kehilangan nyawa, dan kerusakan hubungan antaragama. Beberapa dampak besar kekerasan berbasis agama antara lain:
- Perpecahan Sosial
Kekerasan berbasis agama sering kali menyebabkan segregasi di masyarakat. Ketika suatu kelompok merasa terancam atau dikhianati oleh kelompok lain atas nama agama, hal ini memicu ketidakpercayaan dan perpecahan yang sulit diperbaiki. Segregasi ini kemudian bisa berkembang menjadi sikap intoleransi dan diskriminasi antar umat beragama. - Kerusakan Infrastruktur dan Ekonomi
Konflik yang timbul dari kekerasan berbasis agama dapat menghancurkan infrastruktur penting seperti rumah ibadah, sekolah, rumah sakit, dan tempat umum lainnya. Hal ini tidak hanya memengaruhi aspek sosial, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar karena dibutuhkan biaya dan waktu untuk membangun kembali. - Trauma Psikologis
Kekerasan berbasis agama menimbulkan trauma bagi korban yang terdampak. Mereka mungkin akan merasa cemas, takut, dan bahkan merasa tidak aman dalam beribadah atau menjalani kehidupan sosialnya. Kondisi psikologis ini tidak hanya dialami oleh korban langsung tetapi juga oleh generasi selanjutnya yang sering kali mewarisi trauma tersebut.
Menurut Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin: Moderasi Beragama sebagai Solusi
Dalam menghadapi fenomena kekerasan berbasis agama, Dr. Ali Mochtar Ngabalin berpendapat bahwa pentingnya moderasi beragama tidak dapat diabaikan. Ia menyatakan bahwa moderasi beragama merupakan kunci utama dalam menghadapi isu kekerasan berbasis agama, yang melibatkan toleransi dan saling pengertian antar umat beragama.
Menurut Prof. Ngabalin, setiap agama sejatinya membawa pesan cinta kasih, perdamaian, dan penghargaan terhadap sesama. Oleh sebab itu, tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama adalah suatu penyimpangan yang mencederai esensi dari ajaran agama tersebut. Ia berpendapat bahwa pencegahan kekerasan berbasis agama dapat dicapai dengan menerapkan moderasi beragama, yaitu sikap beragama yang tidak ekstrem, mengutamakan toleransi, dan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Berikut beberapa poin penting yang disampaikan oleh Ngabalin:
1. Pentingnya Pendidikan Moderasi Beragama
Ngabalin menekankan pentingnya pendidikan moderasi beragama yang dimulai sejak usia dini. Ia mengatakan bahwa anak-anak perlu diajarkan bahwa agama adalah sumber kasih sayang dan bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Pendidikan yang mengajarkan toleransi dan saling menghormati ini diharapkan dapat membentuk individu yang memiliki pola pikir moderat, jauh dari tindakan kekerasan.
2. Menghindari Ekstremisme
Ekstremisme sering kali menjadi pemicu utama kekerasan berbasis agama. Ngabalin mengatakan bahwa ekstremisme tumbuh dari pemahaman agama yang sempit dan hanya menguntungkan kelompok tertentu. Oleh karena itu, Ngabalin menyarankan agar setiap individu belajar untuk memahami esensi ajaran agama mereka yang sejatinya mengajarkan kebaikan universal. Moderasi beragama dapat membantu masyarakat untuk menjauhkan diri dari ekstremisme dan menghindari interpretasi agama yang memicu kebencian.
3. Mengajak Dialog Antaragama
Ngabalin menekankan bahwa dialog antar agama menjadi pondasi penting dalam menumbuhkan kedamaian. Ia percaya bahwa melalui dialog yang terbuka dan saling menghormati, masyarakat akan lebih memahami satu sama lain. Dialog ini juga memungkinkan terjalinnya pemahaman tentang nilai-nilai bersama antar agama sehingga dapat menghindarkan masyarakat dari konflik yang berbasis agama.
4. Peran Pemuka Agama dalam Membangun Perdamaian
Ngabalin menyoroti bahwa pemuka agama memiliki peran penting sebagai penengah dan pembimbing umatnya dalam menghadapi perbedaan dan mencegah kekerasan berbasis agama. Menurutnya, pemuka agama harus menjadi teladan dalam menyebarkan ajaran agama yang penuh cinta dan kedamaian. Ketika pemuka agama menunjukkan sikap yang moderat, hal ini akan memberikan dampak positif pada umatnya.
5. Penolakan terhadap Ekstremisme dan Radikalisme
Prof. Ngabalin secara aktif menyuarakan penolakan terhadap ekstremisme dan radikalisme, yang menurutnya sering kali menjadi penyebab utama kekerasan berbasis agama. Ia menilai bahwa ekstremisme muncul dari interpretasi agama yang kaku dan tidak berimbang, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan yang melukai dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, ia mendukung kampanye moderasi dan program deradikalisasi yang bertujuan membangun pemahaman agama yang benar dan inklusif.
6. Menjadikan Nilai Kasih Sayang dan Kemanusiaan sebagai Landasan Beragama
Prof. Ngabalin juga menekankan pentingnya kembali pada nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sayang yang menjadi inti dari setiap agama. Dalam pandangannya, perdamaian dunia akan tercapai jika setiap umat beragama menjadikan kasih sayang sebagai landasan dalam segala tindakan. Ia percaya bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam ajaran agama, seperti keadilan, kasih sayang, dan kebajikan, akan menguatkan umat manusia untuk saling menjaga satu sama lain tanpa kekerasan.
Moderasi Beragama sebagai Solusi Global dalam Mencegah Kekerasan Berbasis Agama
Moderasi beragama tidak hanya dibutuhkan di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Setiap agama memiliki pengikut yang tersebar di berbagai negara, dan dalam era globalisasi, interaksi antara umat beragama semakin meningkat. Oleh karena itu, penting bagi dunia untuk melihat moderasi beragama sebagai jalan terbaik dalam menciptakan perdamaian.
1. Membentuk Pemahaman Bersama tentang Nilai-nilai Kemanusiaan
Moderasi beragama dapat menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, karena setiap agama pada dasarnya memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang sama. Nilai-nilai ini meliputi keadilan, cinta, belas kasih, dan kebenaran. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai ini, setiap individu akan lebih mudah untuk menolak kekerasan yang berpotensi timbul akibat perbedaan keagamaan.
2. Mencegah Radikalisasi dan Terorisme
Radikalisasi dan terorisme sering kali berakar dari ketidakpuasan terhadap realitas sosial atau politik, yang kemudian diekspresikan melalui kekerasan berbasis agama. Moderasi beragama dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi hal ini dengan cara menawarkan pemahaman agama yang lebih terbuka dan toleran. Melalui pendidikan dan sosialisasi tentang moderasi beragama, individu akan lebih kebal terhadap pengaruh radikalisasi.
3. Menjaga Stabilitas dan Kedamaian Global
Dunia yang damai hanya bisa tercapai jika setiap negara dan individu menolak kekerasan berbasis agama. Moderasi beragama mampu menciptakan kedamaian ini dengan mendorong dialog, pemahaman, dan toleransi antarumat beragama. Ketika stabilitas ini terjaga, masyarakat bisa hidup harmonis tanpa ada rasa takut atau ancaman kekerasan atas nama agama.
Langkah Konkret dalam Mengimplementasikan Moderasi Beragama
Mengimplementasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari memerlukan usaha dari berbagai pihak. Beberapa langkah konkret yang bisa diambil antara lain:
- Pendidikan Agama yang Toleran di Sekolah
Kurikulum agama di sekolah perlu mengajarkan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai. Guru agama juga berperan penting untuk menyampaikan pesan-pesan damai dari setiap agama. - Pelatihan untuk Pemuka Agama
Pemuka agama perlu dibekali dengan pelatihan tentang moderasi beragama agar mereka dapat membimbing umatnya untuk menjauhi kekerasan dan radikalisme. - Kampanye Moderasi Beragama di Media Sosial
Media sosial bisa menjadi media yang efektif untuk menyebarkan pesan moderasi beragama. Kampanye yang mengedepankan nilai-nilai moderasi ini perlu digalakkan agar masyarakat lebih memahami pentingnya menjauhi kekerasan berbasis agama. - Mendorong Peran Aktif Pemerintah
Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung moderasi beragama. Misalnya, dengan memberikan sanksi tegas terhadap tindakan kekerasan berbasis agama dan mendukung dialog antar umat beragama.
Menolak kekerasan berbasis agama bukan hanya tentang menjaga kedamaian, tetapi juga tentang memelihara nilai-nilai agama yang sesungguhnya.
Moderasi beragama menjadi solusi paling relevan dalam menghadapi tantangan kekerasan berbasis agama yang terus muncul.
Secara keseluruhan, Dr. Ali Mochtar Ngabalin menyatakan bahwa mendamaikan dunia dengan menolak kekerasan berbasis agama adalah sebuah misi kemanusiaan yang bisa diwujudkan dengan pendekatan moderat dalam beragama.
Dengan mengedepankan moderasi, toleransi, pendidikan yang berwawasan, dialog antaragama, dan nilai-nilai kemanusiaan, Ngabalin percaya bahwa umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai dan berkontribusi pada perdamaian dunia yang berkelanjutan.
Baca Juga: Kejagung Tetapkan Tom Lembong Tersangka Kasus Korupsi Impor Gula 2015-2023