Panggungpolitik – Isu terkait Ahmad Sahroni dinonaktifkan dari Partai NasDem sekaligus dikabarkan mengundurkan diri dari DPR terus menjadi sorotan publik. Kabar tersebut mencuat setelah beredar informasi bahwa Sahroni tidak lagi aktif dalam menjalankan perannya di parlemen.
Namun, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Saan Mustopa, menegaskan pihaknya belum menerima kabar resmi soal pengunduran diri politikus yang dikenal sebagai “Crazy Rich Tanjung Priok” itu.
“Itu belum (mundur), nanti kita cek, ya,” kata Saan Mustopa saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/9/2025).
Saan menambahkan, jika memang ada proses pemberhentian Ahmad Sahroni sebagai anggota DPR, hal itu harus melalui mekanisme resmi pergantian antarwaktu atau PAW.
“Nanti kan ada proses,” ujarnya menegaskan. Hingga kini, lanjut Saan, posisi Sahroni masih tercatat sebagai anggota DPR nonaktif sekaligus bendahara umum Partai NasDem.
Kisruh ini bermula setelah pernyataan kontroversial Ahmad Sahroni yang menanggapi kritik publik terkait tunjangan rumah anggota dewan.
Pernyataan tersebut semakin memperkeruh suasana ketika ia merespons seruan “Bubarkan DPR” di media sosial.
“Catat nih, orang yang cuma mental bilang ‘bubarin DPR’, itu adalah orang tolol se-dunia,” ucap Sahroni saat kunjungan kerja di Medan, Jumat (22/8/2025).
Ucapan itu memantik kemarahan publik yang berujung pada gelombang demonstrasi di berbagai daerah. Ratusan mahasiswa, buruh, hingga masyarakat sipil menggelar aksi protes di depan Gedung DPR pada 25 dan 28 Agustus 2025.
Aksi tersebut tidak hanya menyoroti pernyataan Sahroni, tetapi juga memprotes tunjangan anggota DPR yang dinilai membebani keuangan negara.
Kemarahan publik semakin membesar setelah tragedi yang menimpa seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan.
Ia tewas tertabrak kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi di Jakarta, Kamis malam, 28 Agustus 2025. Insiden itu membuat aksi unjuk rasa meluas, menuntut akuntabilitas aparat sekaligus meminta dewan lebih peka terhadap penderitaan rakyat.
NasDem pun merespons tekanan publik dengan menonaktifkan dua anggotanya: Ahmad Sahroni dan artis sekaligus politikus Nafa Urbach.
Keduanya dianggap melontarkan pernyataan yang memperkeruh situasi sosial. Meski begitu, status Sahroni di DPR hingga kini masih dalam posisi nonaktif, bukan berhenti permanen.
Saan Mustopa menekankan bahwa partainya akan menyikapi masalah ini sesuai aturan organisasi dan mekanisme politik yang berlaku.
“Tentunya setiap langkah harus berdasarkan prosedur, bukan hanya desakan,” jelasnya.
Dengan situasi politik yang tengah bergejolak, kasus Ahmad Sahroni dinonaktifkan NasDem ini menjadi cerminan bagaimana partai politik menghadapi tekanan publik sekaligus menjaga citra kelembagaan.
Publik kini menanti apakah Sahroni akan benar-benar mundur dari DPR atau tetap bertahan meski statusnya dibekukan sementara.