PanggungPolitik – Dalam sebuah acara yang penuh khidmat, Dr. Ali Mochtar Ngabalin dikukuhkan sebagai Guru Besar di Busan University of Foreign Studies (BUFS), Korea Selatan. Pengukuhan ini menjadi momen bersejarah bagi Dr. Ali Mochtar Ngabalin dan bangsa Indonesia. Dalam pidatonya, ia menegaskan pentingnya moderasi beragama sebagai fondasi bagi harmoni dan perdamaian di tengah masyarakat yang multikultural.
Acara yang berlangsung di kampus BUFS ini dihadiri oleh berbagai tokoh akademisi, termasuk Prof. Dr. Soon-heung Chang, Presiden BUFS, serta para dekan dan senat guru besar universitas. Dalam sambutannya, Dr. Ali Mochtar Ngabalin menyampaikan rasa syukur dan penghargaan kepada seluruh pihak yang mendukungnya selama perjalanan akademisnya. “Pengukuhan ini adalah kehormatan luar biasa bagi saya dan negara Indonesia. Saya berkomitmen untuk menjaga nama baik Busan University dan melanjutkan upaya membangun hubungan baik antara Indonesia dan Korea Selatan,” ujarnya.
Sebagai Guru Besar, Dr. Ali Mochtar Ngabalin memaparkan gagasan-gagasan pentingnya mengenai moderasi beragama, yang telah menjadi salah satu fokus utama dalam kariernya. Ia menegaskan bahwa moderasi beragama bukan hanya sebuah konsep, melainkan sebuah pendekatan yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kehidupan yang rukun dan harmonis.
Moderasi Beragama sebagai Solusi di Tengah Keberagaman
Dalam pidatonya, Dr. Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan bahwa moderasi beragama mengacu pada sikap beragama yang menolak ekstremisme dan radikalisme. Moderasi, menurutnya, berakar pada sikap moderat yang berarti memilih jalan tengah, menghindari segala bentuk ekstrem dalam keyakinan maupun praktik beragama. “Inti dari moderasi beragama adalah menjaga keseimbangan dalam berkeyakinan dan berperilaku, dengan tetap menghormati agama lain,” katanya.
Dr. Ali Mochtar Ngabalin juga menyoroti bahwa moderasi beragama sangat relevan di Indonesia, negara dengan keragaman agama yang sangat tinggi. “Moderasi beragama penting untuk menciptakan perdamaian sosial dan menghindari potensi konflik yang dapat merusak stabilitas masyarakat. Ini adalah fondasi bagi persatuan dalam keberagaman yang harus terus kita pelihara,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa ada tujuh langkah penting dalam memelihara moderasi beragama, di antaranya melalui pendidikan, dialog antaragama, serta melibatkan pemimpin agama dan masyarakat luas. “Dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, kita bisa mendorong pemikiran yang lebih moderat dan menghormati perbedaan,” ujarnya.
Apresiasi dari Tokoh-Tokoh Terkemuka
Pengukuhan Dr. Ali Mochtar Ngabalin sebagai Guru Besar mendapat apresiasi luas dari berbagai tokoh nasional dan internasional. Salah satu tokoh yang memberikan penghargaan adalah Prof. Dr. Kim Soo-Il, Konsul Kehormatan Indonesia di Pusan, yang dikenal sebagai sosok yang memperkenalkan Dr. Ali Mochtar Ngabalin dengan BUFS. Prof. Kim menegaskan bahwa penunjukan Dr. Ali Mochtar sebagai Guru Besar adalah langkah tepat yang akan semakin memperkuat hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan ucapan selamat kepada Dr. Ali Mochtar Ngabalin atas pencapaian tersebut. “Pengukuhan ini menjadi bukti kontribusi nyata beliau dalam membangun narasi kebangsaan melalui moderasi beragama,” kata Presiden Joko Widodo. Beliau juga berharap Dr. Ali Mochtar Ngabalin terus berperan aktif dalam membangun bangsa di masa mendatang.
Apresiasi juga datang dari Presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang mengakui kiprah Dr. Ali Mochtar Ngabalin dalam mendorong moderasi beragama sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan bangsa. “Kami berharap beliau terus berkontribusi dalam menjaga keharmonisan sosial melalui ajaran moderasi beragama yang diusungnya,” ujar Prabowo Subianto.
Komitmen untuk Indonesia dan Dunia
Dalam penutup pidatonya, Dr. Ali Mochtar Ngabalin menyampaikan harapan besar agar moderasi beragama bisa terus dikembangkan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat global. “Moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan dunia yang damai dan stabil. Dengan saling menghormati perbedaan, kita bisa membangun masyarakat yang inklusif dan sejahtera,” ungkapnya.
Dengan pengukuhan ini, Dr. Ali Mochtar Ngabalin berjanji untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan dan kebijakan publik, terutama dalam mempromosikan moderasi beragama sebagai landasan untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis.
Penulis : Salma Hasna